Nama ilmiah :
Curcuma
domestica Val.
Nama daerah dan sinonim
:
Nama
daerah :
Sumatra: Kakunye (Enggano), Kunyet (Adoh), Kuning (Gayo), Kunyet
(Alas), Hunik (Batak), Odil (Simalur), Undre, (Nias), Kunyit (Lampung), Kunyit
(Melayu)
Jawa: Kunyir (Sunda), Kunir (Jawa Tengah), Temo koneng (Madura)
Kalimanta: Kunit (Banjar), Henda (Ngayu), Kunyit (Olon Manyan),
Cahang (Dayak Panyambung), Dio (Panihing), Kalesiau (Kenya), Kunyit (Tidung)
Nusa Tenggara: Kunyit (Sasak), Huni (Bima), Kaungi (Sumba Timur),
Kunyi (Sumba Barat), Kewunyi (Sawu), Koneh, (Flores), Kuma (Solor), Kumeh
(Alor), Kunik (Roti), Hunik kunir (Timor)
Sulawesi: Uinida (Talaud), Kuni (Sangir), Alawaha (Gorontalo),
Kolalagu (Buol), Pagidon (Toli-toli), Kuni (Toraja), Kunyi (Ujungpandang),
Kunyi (Selayar), Unyi (Bugis), Kuni (Mandar).
Maluku: Kurlai (Leti), Lulu malai (Babar), Ulin (Tanimbar), Tun
(Kayi), Unin (Ceram), Kunin (Seram Timur), Unin, (Ambon), Gurai (Halmanera),
Garaci (Ternate)
Irian: Rame (Kapaur), Kandeifa (Nufor), Nikwai (Windesi), Mingguai
(Wandamen), Yaw (Arso).
Nama
sinonim :
Curcuma longa Linn
Klasifikasi tanaman :
Kingdom
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Kelas
: Monocotyledoneae
Ordo
: Zingiberales
Famili
: Zingiberaceae
Genus
: Curcuma
Spesies
: Curcumadomestica Val.
Deskripsi tanaman :
Daun
: Daun tunggal, bentuk bulat telur (lanset) memanjang
hingga 10-40 cm, lebar 8-12,5 cm dan pertulangan menyirip dengan warna hijau
pucat. Ujung dan pangkal
daun runcing, tepi daun yang rata.
Bunga
: Berbunga majemuk yang berambut dan bersisik dari pucuk
batang semu, panjang 10-15 cm dengan mahkota sekitar 3 cm dan lebar 1,5 cm,
berwarna putih/kekuningan. Ujung dan pangkal daun runcing, tepi daun yang rata
Buah : daging
buah merah jingga kekuning-kuningan.
Kulit : Kulit luar
rimpang berwarna jingga kecoklatan
Kandungan kimia :
1. Minyak atsiri (keton
sesquiterpen, turmeron, tumeon, zingiberen, felandren, sabinen, sesquiterpen
alkohol dan sineil). Tumeron yang menyebabkan bau khas pada kunyit.
2. Senyawa Kukuminoid yang terdiri dari
kurkumin, dimetoksi kurkumin, dihidrokurkumin, demetoksikurkumin, natrium
kurkuminat, asam ferulat dan bisdemetoksikurkumin.
3. Mineral yang terdiri
dari: zat besi, magnesium, kalsium, kalium, mangan, dan natrium.
4. Kandungan lain yakni arabinosa, fruktosa, glukosa, tanin, damar, dan pati.
Kegunaan tanaman :
1. Antikanker. Zat yang
berperan penting sebagai antikanker yakni kurkumin. Potensi mengenai zat ini
sudah dilakukan baik secara in vitro maupun in vivo.
Kurkumin mampu merangsang apoptosis (kematian) sel kanker dengan cara
mempengaruhi gen penyebab kanker.
2. Antibakteri. Hasil
penelitian juga menyebautkan bahwa jumlah koloni bakteri E. coli dalam
medium cederung menurun ketika diberi ekstrak rimpang kunyit
3. Antivirus. Kunyit
memiliki kandungan kurkumin paling banyak diantara famili Zingiberacae yang
mampu menghambat pertumbuhan virus.
4. Antikembung. Kurkumin
mampu menghilangkan bakteri penyebab kembung.
5. Antidiare. Minyak atsiri
dalam kunyit dapat meredakan gerakan usus untuk meredakan diare.
6. Antiinflamasi. Trietil
kurkumin adalah senyawa yang berfungsi sebagai antiinflamasi yang dapat
menyebabkan peradangan.
7. Diet. Funsi kunyi
untuk diet yakni kurkumin mampu merangsang kerja empedu untuk mensekresikan zat
pemecah lemak.
Budidaya tanaman :
Kunyit
yang memunyai nama latin Curcuma
domestica Val. merupakan tanaman yang mudah diperbanyak dengan stek rimpang
dengan ukuran 20-25 gram stek. Bibit rimpang harus cukup tua. Kunyit tumbuh
dengan baik di tanah yang tata pengairannya baik, curah hujan 2.000 mm sampai
4.000 mm tiap tahun dan di tempat yang sedikit terlindung. Tapi untuk
menghasilkan rimpang yang lebih besar diperlukan tempat yang lebih terbuka.
Rimpang kunyit berwarna kuning sampai kuning jingga. (Sumiati , 2004.)
Pustaka :
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1977. Materia
Medika Indonesia Jilid II.Jakarta:
Direktorat Pengawasan Obat dan Makanan
Nama ilmiah :
Curcuma
aeruginosa
Nama daerah dan sinonim
:
Nama
daerah :
Sumatera: temu
erang, t. itam (Melayu). Jawa: koneng hideung (Sunda), temu ireng (Jawa). Nusa
Tenggara: temo ereng (Madura), temu ireng (Bali). Sulawesi: tamu leteng
(Makasar), temu lotong (Bugis).
Nama
sinonim :
-
Klasifikasi tanaman :
Kingdom
: Plantae
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Liliopsida
Ordo
: Zingiberales
Famili
: Zingiberaceae
Genus
: Curcuma
Spesies
: Curcuma
aeruginosa Roxb.
Deskripsi tanaman :
Daun
: Daun tunggal, bertangkai panjang, 2-9 helai.
Helaian daun bentuknya bundar memanjang sampai lanset, ujung dan pangkal
runcing, tepi rata, pertulangan menyirip, warnanya hijau tua dengan sisi kiri
dan kanan, ibu tulang daun terdapat semacam pita memanjang berwarna merah gelap
atau lembayung, panjang 31-84 cm, lebar 10-18 cm.
Bunga
: Bunganya bunga majemuk berbentuk
bulir yang tandannya keluar langsung dari rimpang, panjang tandan 20-25 cm,
bunga mekar secara bergiliran dari kantong-kantong daun pelindung yang besar,
pangkal daun pelindung berwarna putih, ujung daun pelindung berwarna ungu
kemerahan. Mahkota bunga berwarna kuning.
Rimpang : Rimpangnya cukup besar dan merupakan umbi
batang. Rimpang juga bercabang-cabang. Jika rimpang tua dibelah, tampak
lingkaran berwarna biru kehitaman di bagian luarnya. Rimpang temu hitam
mempunyai aroma yang khas. Perbanyakan dengan rimpang yang sudah cukup tua atau
pemisahan rumpun.
Kandungan kimia :
Saponin, flavonoida, polifenol,
minyak atsiri.
Kegunaan tanaman :
1. Menambah Nafsu Makan
Kandungan kurkumin yang ada
dalam temu ireng sudah diakui oleh orang-orang untuk menaikkan nafsu makan.
Cara membuat ramuan penambah nafsu makan yaitu dengan memarut temu ireng, peras
airnya. Rebus hingga mendidih selama beberapa menit, minum selagi dingin.
Lakukan di pagi dan sore hari, masing-masing sebanyak ½-1 gelas air.
2. Mengatasi Masuk Angin dan
Perut Mulas.Untuk meredakan
kedua gangguan kesehatan ini, gunakan ramuan herbal yang mudah. Rebuslah temu
hitam bersama air hingga mendidih selama beberapa menit. Minum airnya selagi
hangat, untuk menghilangkan rasa mulas dan masuk angin.
3. Mengobati Cacingan
Hasil penelitan menunjukkan
bahwa zat aktif di dalam temu hitam dapat mematikan cacing Ascaridia galli.
Ramuan herbal untuk mengobati penyakit cacingan dapat dibuat dengan memeras
rimpangnya yang telah ditumbuk atau diparut sebelumnya.
4. Meredakan Ambien
Temu ireng dapat meredakan
ambien. Cara membuat ramuannnya dengan menyediakan 15gr rimpang temu hitam,
secangkir air panas, kuning telur ayam, dan 2 sdm madu. Rimpang dikupas,
kemudian dicuci. Seduh dengan secangkir air panas, biarkan dingin lalu saring.
Campur dengan kuning telur dan madu. Minum ramuan ini setiap bangun tidur,
5. Membersihkan Darah Usai
Persalinan
Sediakan 2 jari temu ireng,
kupas kemudian diparut. Seduh bersama ½ cangkir air panas, biarkan dingin lalu saring.
Minumlah 3 hari secara berturut-turut, setelah persalinan.
6. Mengobati Penyakit
Gonorrhoea
Sediakan 30gr daun pegagan,
10gr rimpang temu ireng, dan 5gr umbi gadung. Tumbuk semua bahan sampai halus,
seduh bersama 3 gelas air panas. Biarkan dingin, saring. Minum airnya sebanyak
tiga kali dalam sehari, masing-masing 1 gelas.
7. Meredakan Bengkak dan
Menetralkan Racun
Siapkan 20gr temu hitam dan
daun takokak secukupnya. Kupas temu hitam, parut. Campur dengan daun takokan,
rebus ke dalam 3 gelas air hingga airnya menyusut setengahnya. Minum selagi
hangat, seketika.
8. Menurunkan Kolesterol
Dalam Darah
Siapkan 15gr daun dewa dan
25gr temu item. Rebus keduanya ke dalam 600 liter air, sehingga airnya menyusut
separuh. Setelah dingin, minum di pagi dan malam hari.
Mengobati
Malaria
Sediakan 20gr temu item, 2
jari batang brotowali, dan 60gr daun pepaya. Setelah dicuci, rebus semua bahan
bersama 800 ml air hingga mendidih dan menyusut setengahnya. Setelah airnya
dingin, tambahkan 1 sdm madu. Minum ramuan ini sebanyak 2 kali sehari,
masing-masing
sebanyak 200 ml
Budidaya
tanaman :
Temu hitam terdapat di Burma, Kamboja, Indocina, dan menyebar
sampai ke Pulau Jawa. Selain ditanam di pekarangan atau di perkebunan, temu
hitam juga banyak ditemukan tumbuh liar di hutan jati, padang rumput, atau di
ladang pada ketinggian 400-750 m dpl. Tanaman tahunan ini mempunyai tinggi 1-2
m, berbatang semu yang tersusun atas kumpulan pelepah daun, berwarna hijau atau
cokelat gelap
Pustaka :
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1977. Materia
Medika Indonesia Jilid III.Jakarta:
Direktorat Pengawasan Obat dan Makanan
Semoga bermanfaat yaaaa....!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar